banner

adsense

Minggu, 16 Oktober 2011

Tantangan Terbesar Membangun Bisnis Startup Adalah Ambisi



oleh : Ario Fajar


Belakangan ini panggung bisnis di Indonesia marak dengan munculnya para pelaku bisnis startup. Daniel Haryanto, pengamat digital media dari Prasetiya Mulya Business School (PMBS), mengklasifikasikan mereka dalam dua model. Yaitu monetize (cari uang) sertapopularize (jadi populer & mencari network). Nah, untuk membesarkan startup, lanjutnya, lebih baik mencari teman sebanyak-banyaknya terlebih dahulu, kemudian mencari uang.
Ketika sudah besar dan terkenal, bisa jadi ada pemodal-pemodal (angel investor) yang tertarik untuk membesarkan bisnis dari sisi modal. “Semua harus berawal dari pemikiran seperti “start small, think big” (kutipan tag sparx up award 2010) dan fokus terhadap visi dan misinya,” ujar dosen PMBS, ini.
Untuk itu, Daniel berpendapat, ada beberapa langkah yang menjadi proritas dan perlu dicermati agar starup bisa berkembang dan kompetitif. Contoh, sumber daya manusia (SDM), pemasaran, teknologi, bisnis dan keuangan.
Untuk SDM, dibutuhkan tipe manusia yang berjiwa muda, berpikiran besar (see the future), pandai memanfaatkan celah, fokus dan terus berinovasi. “Ini modal awal dan mutlak untuk membangun kesuksesan,” ujarnya singkat.
Sementara itu, dalam pemasaran (marketing) harus mampu mengolah strategi dengan fokus dan banyak inovasi. Salah satunya dengan menggunakan networking sosial media untuk menyebar info, viral marketing dan WoM (low cost). Tidak lupa, start up harus menjalin relasi dengan customer dan prospect customer, serta tetap harus memilih segment marketyang tepat (siapa sasaran market yang dituju). Ini berguna untuk pembeda dari startup-starup lain yang ada dan memosisikan diri pada titik yang berbeda tersebut, lalu mengkomunikasikan dan dieksekusikan dalam marketing mix.
Bicara soal teknologi, Daniel berpesan, agar starup lebih baik fokus pada teknologi yang dikuasai dan mengolahnya dengan detail. “Kembangkan sedikit demi sedikit sesuai fokus bisnisnya,” dia berpesan.
Bagaimana dengan keuangan? Menurut Daniel, banyak starup yang berawal dari modal yang tidak besar, jadi perbanyaklah network untuk mencari angel investor lokal agar terus besar sesuai visi, misi dan manfaatkan komunikasi yang low cost tapi impact besar.
Menurutnya, semua celah bisnis modern bisa dijadikan startup selama kita pandai memilih diferensiasi. Contoh: kesuksesan gantibaju.comgantibaju.com dalam membuat dan menjual baju dengan memanfaatkan crowdsourcing, padahal sebenarnya sama-sama menjual baju.
Kendati banyak starup baru bermunculan, tapi yang terdepak juga tidak sedikikit. Ironisnya, jika jatuh mereka sulit bangkit. Mengapa? Rupanya, kelemahan ini, kata Daniel, disebabkan, mereka kurang fokus terhadap bisnis yang dijalankan dan sering terburu-buru meng-uang-kan, padahal visitornya belum banyak. Ujung-ujungnya starup banyak yang give up. Padahal itu yang harus dihindari. “Jangan cepat menyerah,” dia mewanti-wanti.

Karena itu, yang membuat mati dan jalan di tempat sebuah usaha bisnis di dunia digital umumnya disebabkan 2 faktor: internal meliputi modal, visi dan misi yang tidak jelas, ikut-ikutan tren, bahkan seringkali juga ketika sudah besar - owner-nya memutuskan keluar dan kembali kerja profesional padahal untuk membesarkan startup butuh fokus dan semangat inovasi dari owner secara langsung.
Sedangkan faktor eksternalnya adalah keterbatasan internet dan bandwidth yang membuatcoverage jadi terbatas pada area-area tertentu dan terkadang skeptisme beberapa orang terhadap teknologi dan sosial media (pemberitaan negatif terus menerus di media) membuat masyarakat kurang mencermati dan memahami digital information dengan baik. “Inilah gambaran kondisi ekosistem yang ada selama ini di Indonesia,”sahutnya.
Tantangan terbesar membangun bisnis digital ini adalah ambisi. Ambisi yang membuat jadi terburu-buru, fokus (kadang ingin besar, jadi semuanya coba digarap), modal (seringkali ketika sudah berdarah-darah malah diputuskan tutup), kerja sama (banyak startup yang didirikan bersama-sama dengan beberapa rekan, dan seringkali di tengah jalan sering ribut).
Nah, salah satu solusinya, diperlukan mentor yang mampu memberikan rancangan dan pengarahan yang matang dan benar agar arah dan tujuan bisnisnya on the track. “Mentor hanya dibutuhkan di awal saat bisnis berdiri, startup itu langsung bergerak sendiri,” ujar Daniel. (EVA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar