banner

adsense

Minggu, 16 Oktober 2011

4 Kendala Dalam Membangun Startup

Semangat mandiri untuk para digital entrepreneurmuda Indonesia saat ini nampaknya sudah mulai mewabah seperti virus. Sangat positif dan perlu untuk terus didorong supaya tumbuh. Perkembangan menggembirakan ini mungkin ada pengaruh dari sang motivator, yaitu Mark Zuckerberg yang sukses diusia sangat muda dalam bidang digital dan mampu menginspirasi kaum kreatif muda indonesia untuk bisa mandiri dalam mengembangkan bisnis digital.



Berbagai usaha rintisan (startup) dibidangcreative digital yang dibangun oleh anak muda Indonesia yang tersebar diberbagai daerah kini sudah membuahkan komunitas-komunitas startup dimana antar anggotanya bisa saling berbagi dalam hal tentang entrepreneurship, kita sebut saja: Startup Lokal (Jakarta),  Fowab (Bandung), Suwec(Surabaya), Bancakan (Yogyakarta), Subali (Bali), dll.
Seperti yang dialami dan disampaikan dalam seminar oleh banyak pengusaha sukses dunia, dimana jatuh bangun dalam merintis dan mengembangkan bisnis mandiri itu sudah biasa terjadi. Naik turunnya revenue sudah mejadi sarapan ketika sang pengusaha tadi bangun dipagi hari.
Teori-teori pengusaha sederhana diatas sepertinya sudah bukan lagi rahasia pengusaha, namun juga sudah menjadi wacana pemikiran orang-orang yang masih bekerja untuk orang lain dalam memutuskan apakah akan menjadi pengusaha atau tidak.
Sesuai dengan pengalaman pribadi (walaupun harus terus banyak belajar), mengembangkan startup itu secara sederhana bisa dibilang seperti bermain puzzle. Memasang potongan-potongan gambar yang tepat diposisinya, dan memasangnya kembali dari awal bila gagal secara berulang-ulang tanpa lelah karena kita tahu bahwa ketika kita berhasil menyusun puzzle tersebut maka akan muncul gambar yang indah yang bisa kita nikmati.
Walaupun sesederhana pengibaratkan itu, namun dalam prosesnya banyak sekali faktor yang menjadi kendala dan sering dijadikan alasan pengusaha startup untuk mundur atau tidak bersemangat lagi dalam berjuang diluar kendala permodalan finansial. Inilah alasan-alasan tersebut:

1. Tempat usaha / kantor

Dibeberapa kota di Indonesia sudah mulai bermunculannya kantor bersama (biasa disebuthackerspace) untuk menjawab kebutuhan tempat bekerja untuk para pengusaha startup. Dengan biaya bulanan yang cukup terjangkau kantong, pengusaha startup sudah bisa menikmati meja kerja, ruang meeting, koneksi internet, dan kebutuhan kantor layaknya perusahaan besar dengan modal besar pula.
Apabila dikota Anda tidak ada hackerspace, tidak usah bingung. Kamar ataupun garasi yang tidak dipakai pun bisa kita buat menjadi kantor sederhana. Cafe ataupun tempat makan yang memiliki koneksi internet pun bisa kita gunakan sebagai tempat bekerja sekaligus tempat meeting dengan klien.

2. Jam kerja

Banyak yang beranggapan bahwa menjadi pengusaha berarti memiliki banyak waktu untuk bersantai. Pernyataan ini ada benarnya, namun bisa juga sekaligus juga menjadi boomerang penghancur usaha. Menjadi seorang pengusaha berarti harus menjadi orang yang disiplin akan waktu, malahan harus lebih disiplin dibandingkan dengan karyawan yang berkerja untuk orang lain.
Pemberlakuan jam kerja untuk seorang pengusaha dalam membangun usaha mandiri mutlak harus dilakukan, mulai dari jam sembilan pagi sampai jam lima sore. Memang sangat susah untuk mendisiplinkan diri dikarenakan masalah pembagian waktu ada di tangan kita sendiri, namun itulah yang harus kita lakukan apabila ingin sukses mengembangkan usaha mandiri.

3. Sifat seorang pemimpin

Dilapangan saya banyak menjumpai teman penggagas startup yang tidak mempunyai jiwa kepeminpinan sehingga banyak pekerjaan yang ia selesaikan sendiri dengan susah payah. Dia tidak pernah mendelegasikan ataupun berbagi pekerjaan dengan orang lain. Hal ini bisa sangat dimaklumi karena mungkin keterbatasan finansial untuk membayar pegawai, namun sekali lagi, hal ini bukanlah kendala ketika kita dapat mengorganisasikan sebuah kelompok dengan baik sebagai seorang pemimpin.

4. Fokus

Banyak pengusaha yang beranggapan bahwa banyak usaha pastilah akan banyak keuntungan yang didapat, atau yang lebih “memprihatinkan” lagi yaitu siangnya bekerja sebagai seorang karyawan dan malamnya bekerja untuk usaha sendiri.
Dalam catatan sejarah, tidak ada orang yang sukses dengan menjadi seperti “bunglon”. Bila Anda ingin menjadi seorang karyawan, jadilah karyawan yang baik hingga mencapai kesuksesan dalam perusahaan tersebut. Bila Anda ingin menjadi pengusaha startup yang sukses, jadilah seorang pengusaha yang fokus dan tinggalkan godaan-godaan untuk menjadi seorang karyawan.
Jalankanlah satu bisnis hingga berbuah kesuksesan, dan tinggalkan banyak bisnis yang hanya bisa membuat Anda menjadi orang yang gagal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar